Sabtu, 03 Maret 2012

Dirjen Dikti perlu mengkaji syarat kelulusan sarjana

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi perlu mengkaji ulang syarat kelulusan program strata satu yang mewajibkan calon sarjana menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah, kata Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Edy Suandi Hamid.
“Persyaratan yang tertuang dalam Surat Dirjen Dikti Nomor 152/E/T/2012 tentang Publikasi Karya Ilmiah untuk program S1/S2/S3 yang merupakan salah satu syarat kelulusan yang berlaku mulai Agustus 2012 itu patut mendapatkan apresiasi, tetapi tidak realistis,” katanya di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut dia, untuk saat ini persyaratan tersebut tidak membumi, karena tidak sesuai dengan daya dukung jurnal di Tanah Air. Seandainya dari lebih 3.000 perguruan tinggi negeri dan swasta di Tanah Air setiap tahun ada 750.000 calon sarjana, maka harus ada puluhan ribu jurnal ilmiah di negeri ini.
“Seandainya di Indonesia saat ini ada 2.000 jurnal, dan setiap jurnal terbit setahun dua kali, yang setiap terbit mempublikasikan lima artikel, maka setiap tahun hanya bisa memuat 20.000 tulisan para calon sarjana,” kata Edy yang juga Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini.
Ia mengatakan meskipun jurnal itu jumlahnya berlipat lima, tetap tidak mampu menampung tulisan ilmiah calon sarjana di Indonesia. Masih ada ratusan ribu calon sarjana yang antre untuk dimuat, padahal jurnal tersebut juga digunakan oleh dosen dan peneliti.
“Meskipun kewajiban itu baru akan berlaku setelah Agustus 2012, tetap sulit dipenuhi. Hingga Oktober 2009 menurut Indonesian Scientific Journal Database terdata sekitar 2.100 jurnal yang berkategori ilmiah yang masih aktif. Dari jumlah itu hanya sekitar 406 jurnal yang telah terakreditasi,” katanya.
Menurut dia, gagasan Dirjen Dikti ini cukup inovatif dan merangsang calon sarjana untuk berkarya. Namun, hal itu kurang diperhitungkan dan dipersiapkan secara matang. Jika dipaksakan akan memunculkan penerbitan jurnal asal-asalan yang sekadar untuk memenuhi persyaratan kelulusan S1.
“Jika hal itu terjadi, maka filosofi di balik penerbitan jurnal sebagai media mempublikasikan karya akademik tidak terpenuhi. Jurnal hanya menjadi media formalitas sebagai persyaratan untuk bisa meluluskan sarjana,” katanya.
Oleh karena itu, kewajiban tersebut hendaknya dilakukan secara bertahap. Misalnya, secara bertahap kewajiban itu diberlakukan bagi program studi yang terakreditasi A. “Selain itu, Dirjen Dikti juga perlu melakukan simulasi tentang daya dukung dan lulusan sarjana setiap tahunnya,” kata Edy.
Surat Dirjen Dikti tertanggal 27 Januari 2012 yang ditujukan kepada rektor/ketua/direktur PTN/PTS seluruh Indonesia itu di antaranya menyatakan untuk lulus program sarjana harus menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah.
 

Senin, 27 Februari 2012

MENUJU PENDIDIKAN BERKUALITAS MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER

     Dewasa ini dunia pendidikan Indonesia telah mengalami penurunan kualitas secara signifikan. Indikatornya jelas, jika dilihat dari faktor sekolah. Masih banyak sekali sekolah – sekolah yang kekurangan tenaga pendidik. Kemudian minimnya infrastruktur yang menunjang proses pembelajaran. Hal tersebut jelas berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

            Adanya kesenjangan antara sekolah – sekolah pinggiran dengan Rintisan sekolah Bertaraf Internasional atau yang biasa disebut RSBI adalah bentuk permasalahan yang paling terlihat jelas dari sekian banyaknya permasalahan yang ada dalam ranah dunia pendidikan Indonesia. Bagaimana tidak, dengan adanya sekolah tersebut maka sudah jelas kualitas pendidikan akan menjadi yang paling utama. 
 
            Memang, RSBI menjamin kualitas pendidikan mereka akan sama dengan negara – negara lain yang lebih maju pendidikannya. Namun, ketika kualitas pendidikan telah mereka gembor – gemborkan. Ironisnya, hanya segelintir anak yang dapat mencicipi bagaimana rasanya sekolah di RSBI. Mengapa Demikian? Hal tersebut berkaitan dengan mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk dapat bersekolah disitu. Harapan para orang tua untuk menyekolahkan anaknya di tempat yang terbaik harus membentur tembok tebal bertuliskan biaya.
 
            Sebenarnya sekolah – sekolah biasa juga tidak dapat dikatakan kualitasnya buruk. Banyak pula sekolah – sekolah biasa yang mampu menghasilkan siswa – siswa berprestasi. Namun tentu saja, masalah sarana prasarana dan prestasi  sekolah tersebut tentunya juga menjadi pertimbangan untuk orang tua memilih sekolah bagi anaknya.
 
            Dengan demikian, maka sekolah – sekolah pinggiran akan semakin terpinggirkan sehingga sekolah tersebut hanya memiliki sedikit kesempatan untuk memperbaiki kualitas pendidikan di sekolah tersebut.
 
            Seharusnya pemerintah turut berupaya dalam membangun kembali citra sekolah – sekolah yang semakin tertinggal. Adanya kerja nyata pemerintah akan sangat mempengaruhi kualitas pendidikan sekolah – sekolah yang terpinggirkan.
 
            Kemudian, Faktor penurunan kualitas pendidikan di Indonesia juga disebabkan oleh lemahnya karakter dari para siswa. Sudah menjadi hal biasa ketika siswa berkelahi bahkan melakukan tawuran antar sekolah hanya disebabkan hal – hal yang sepele. Sangat disayangkan sekali melihat hal tersebut masih sering kita jumpai di sekitar kita.
 
            Tidak sedikit pula siswa – siswa yang tertangkap polisi karena sedang asik berpacaran di warnet ataupun di sudut – sudut pantai. Hal ini menunjukan adanya degradasi moral pada siswa saaat ini. Dan sudah seharusnya ada suatu tindakan untuk  membentuk mental para siswa menjadi lebih baik.


            Seperti yang sudah selama ini mencuat dalam beberapa tahun terakhir. Pendidikan karakter menjadi hal yang banyak diperbincangkan. Melalui pendidikan karakter tersebut diharapkan nantinya siswa dapat membentuk karakter – karakter yang kuat dan berjati diri pada tiap siswa.
 
            Berbagai referensi mendeskripsikan berbagai indikator keberhasilan pendidikan karakter. Namun demikian, ada karakter universal yang berlaku di semua bangsa. Paling tidak ada 13 karakter utama yaitu jujur, bertanggungjawab, dapat dipercaya, peduli, berintregritas, rajin, hati – hati, taat, penganpun, teratur, ,menghargai orang lain, bekerjasama, dan bersahabat.
 
            Suroso ( 2011 ) mengatakan ada berbagai cara membangun karakter baik yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah. Pertama, Dengan mengenalkan tokoh yang ada dalam kitab suci. Kedua, dengan pembelajaran dari cerita rakyat. Ketiga, dengan mengenalkan tokoh lokal, regional, nasional dan internasional melalui biografi dan autobiografinya.
 
            Dari berbagai cara tersebut, maka pendidikan karakter sebenarnya dapat diajarkan dengan mengambil contoh dalam kehidupan sehari – hari. Dengan demikian, jika pendidikan karakter dapat diterapkan dengan baik di sekolah. Maka hal tersebut mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui pendidikan karakter yang berkesinambungan. Karena dengan terbentuknya karakter yang kuat dari siswa maka minat untuk terus memperbaiki diri menjadi lebih baik semakin besar.  Sehingga hal tersebut akan berpengaruh terhadap kemajuan bangsa Indonesia menuju bangsa yang berkeadilan dan berkarakter kuat.
 
Oleh :  Edo Trie Hadi Saputra ( IKIP PGRI Semarang)

Arah kebijakan pemerintahan SBY-Boediono dalam bidang pendidikan


Fokus dalam bidang Pendidikan :
1. meneruskan dan mengefektifkan program rehabilitasi gedung sekolah yang sudah dimulai pada periode 2004 - 2009, sehingga terbangun fasilitas pendidikan yang memadai dan bermutu dengan memperbaiki dan menambah prasarana fisik sekolah, serta penggunaan teknologi informatika dalam proses pengajaran yang akan menunjang proses belajar dan mengajar agar lebih efektif dan berkualitas.

2. Pemanfaatan alokasi anggaran 20 % dari APBN untuk memastikan pemantapan pendidikan gratis dan terjangkau untuk pendidikan dasar 9 tahun dan dilanjutkan secara bertahap pada tingkatan pendidikan lanjutan di tingkat SMA.Pendidikan gratis atau terjangkau ini tidak hanya dilakukan dengan sekedar membebaskan murid dari SPP tetapi juga dari pungutan lain seperti buk u wajib atau kegiatan praktek ekstra kurikulum.

3.perbaikan secara fundamental kualitas kurikulum dan penyediaan buku-buku yang berkualitas agar main mencerdaskan siswa dan membentuk karakter siswa yang bermain, berilmu, kreatif, inovatif, jujur,dedikatif, bertanggung jawab dan suka bekerja keras.

4.meneruskan perbaikan kualitas guru, dosen serta peneliti aagr menjadi pilar pendidikan yang mencerdaskan bangsa,mampu menciptakan lingkungan yang inovatif, serta mampu menularkan kualitas intelektual yang tinggi, bermutu dan terus berkembang kepada anak didiknya. selain program sertifikasi guru untuk menjaga mutu,juga akan ditingkatkan pogram pendidikan dan pelatihan bagi para guru termasuk program pendidikan bergelar bagi para guru agar sesuai dengan bidang pelajaran yang diajarkan dan semakin bermutu dalam memberikan pengajaran pada siswa.

5. memeperbaiki remunerasi guru dan melanjutkan upaya perbaikan penghasilan kepada guru, dosen dan para peneliti.

6.memperluas penerapan dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung kinerja penyelenggara pembangunan di bidang pendidikan.

7.mendorong partisipasi masyarakat (terutama orang tua murid) dalam menciptakan kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan aspirasi dan tantangan jaman saat ini.

8.mengurangi kesenjangan dalam akses pendidikan dan kualitas pendidikan, baik pada keluarga berpenghasilan rendah maupun daerah yang tertinggal. pemberian program beasiswa dan pelaksanaan dan perluasan Program Keluarga Harapan (PKH), serta memberikan bantuan tunai kepada rumah tangga miskin dengan syarat mereka mengirimkan anaknya ke bangku sekolah.

Senin, 13 Februari 2012

STRUKTUR PENGURUS IMAKIPSI JATENG & DIY PERIODE 2011-2013

Koordinator Daerah Jawa II     : Edo Trie Hadi Saputra (IKIP PGRI Semarang)
Wakorda Jawa II                        : Yogo Prihartono (UNS Solo)
Bendahara                                   : Hanifah Dian Sumiati (UNNES Semarang)

A. DEPARTEMEN LITBANG

Ka. Dept : Abdul Mufid (Universitas Muhammadiyah Purwokerto)

Staff :
Rian Hendrawan (Universitas Muhammadiyah Magelang)
Supriatna (STKIP Bumiayu)
Masayu Ninda Arum (Universitas Ahmad Dahlan)
Evi Kusumawardani (UNS Solo)

B. DEPARTEMEN ADVOKAP

Ka. Dept : M. Arifin (STKIP Bumiayu)

Staff :
Agnes Apriliana (Universitas Muhammadiyah Purwokerto)
Sukma Arif .I (STAIN Salatiga)
Ismail Suni (IKIP PGRI Semarang)


C. DEPARTEMEN INFOKOM


Ka. Dept : Skriptian Hadi (UNNES)

Staff :
Alfiandi Warih H (Universitas Negeri Yogyakarta)
Taufan Hidayat (Universitas Muhammadiyah Purwokerto)
Aminudin (UNS Solo)
M. Musta’in (STAIN Salatiga)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More